GAYA HIDUP KONSUMTIF DI KALANGAN MAHASISWA UNNES SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTISE DALAM LINGKUNGAN KAMPUS

Gambar

Saat ini masyarakat telah mengalami banyak

telah beralih fungsi, perkembangan, seperti perkembangan teknologi, gaya hidup, ekonomi, bahkan aturan aturan yang ada dalam masyarakat dengan berubahnya sistem adat istiadat yang mereka punya. Perubahan ternyata juga tidak hanya dialami di masyarakat modern saja, tetapi masyarakat tradisional juga seperti yang dialami oleh masyarakat di daerah Sekaran, Semarang, tepatnya di wilayah kampus UNNES. Disini akan dibahas mengenai kehidupan mahasiswa yang telah mengalami perubahan dalam perkembangan teknologi beserta informasi dikawasan kampus UNNES, bukan masyarakat Sekaran. Perkembangan zaman yang semakin modern serta kehidupan manusia selalu berubah silih berganti, begitupula dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya.

Gaya hidup merupakan istilah yang sedang populer saat ini dalam masyarakat. Gaya hidup masyarakat Sekaran saat ini telah mengalami perubahan dan perkembangan seiring berkembangnya jaman. Dahulu masyarakat tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup. Mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok daripada masalah penampilan,tetapi sekarang berbeda keadaannya ,karena kini urusan penampilan dan gaya hidup mulai menjadi perhatian serius.

Kita akan membahas mengenai gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa UNNES sebagai upaya peningkatan prestise dalam lingkungan kampus. Terjadinya perubahan ekonomi yang ada dalam mahasiswa UNNES disebabkan oleh mahasiswa lain yang tingkat ekonominya lebih tinggi, pencitraan pergaulan yang lebih luas, pengetahuan teknologi dan informasi yang lebih modern, dan beberapa penyebab lainnya. Dimana cara hidup mahasiswa berubah mulai dari cara mereka berpakaian, bersosialisasi, dan berbagai kegiatan lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat kehidupan yang dianggap modern, gaul, keren, oleh mahasiswa.

Perubahan sosial merupakan bagian dariperubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial. Modernisasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial dan budaya Indonesia. Modernisasi digunakan untuk menunjuk pada berbagai tahapan perkembangan sosial yang didasarkan pada industrialisasi, pertumbuhan ilmu dan teknologi, negara bangsa modern, pasar dunia kapitalis, urbanisasi, dan berbagai unsure infrastruktur lainnya. Penyebab utama lain dalam perubahan sosial dan budaya di Indonesia yaitu globalisasi. Masyarakat telah mampu melakukan transaksi ekononomi dan informasi dalam waktu singkat melalui teknologi satelit dan komputer. Misalnya adalah para mahasiswa yang pesan pakaian, sepatu, dan tas melalui online shop  agar lebih praktis dalam mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Masyarakat yang terpengaruh budaya global secara sadar atau tidak telah memiliki suatu pola perilaku baru yang khas. Pola perilaku tersebut merupakan sebuah proses pembentukan gaya hidup. Ini berarti bahwa perubahan sosial dan budaya di Indonesia yang disebabkan oleh globalisasi dan modernisasi salah satunyan tampak pada gaya hidup masyarakat.

Gaya hidup bagian dari kehidupan sosial sehari- hari yang telah menjadi trend yang semakin berubah ke arah suatu keniscayaan ketika didalamnya media massa juga turut berperan dan menjadi hal penting dalam membentuk pola budaya konsumtif. Sebelum terjadi budaya konsumtif, awalnya masyarakat hanya mengkonsumsi barang untyk kebutuhan produksi dan konsumsi yang cukup. Namun sekarang semuanya masyarakat sekarang lebih suka mengkonsumsi segala sesuatunya dengan berlebihan. Media massa telah member klaim rasa kepercayaan diri dan eksklusif kepada masyarakat. Maka diperoleh juga prestise, status, kelas, dan symbol sosial tertentu. Konsumerisme dalam kehidupan modern menjelma menjadi sesuatu yang harus segera dipenuhi dan dipuaskan kebutuhannya. Identitas diri ditunjukan dengan berbagai macam produk unggulan yang masyarakat gunakan, diperoleh melalui iklan media massa. Akhirnya masyarakatpun mengabaikana tentang nilai dan kegunaan dari berbagai macam barang yang dibeli, sehingga budaya konsumtif memang telah menjadi gaya hidup masyarakat.

Gaya hidup konsumtif meliputi seluruh kelompok masyarakat termasuk mahasiswa. Mahasiswa merupakan sekelompok pemuda yang seharusnya mengisi waktunya dengan menambah pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian, serta mengisi kegiatan mereka dengan berbagai macam kegiatan positif sehingga akan memiliki orientasi ke masa depan sebagai manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. Tetapi. Kehidupan kampus telah membentuk gaya hidup khas dikalangan mahasiswa dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi dalam mempertahankan prestise dari masing-masing individu. Sebelum terjadi globalisasi dan modernisasi masih banyak mahasiswa yang berorientasi ke masa depan dan jarang melakukan hal-hal yang aneh. Berbeda dengan sekarang, mahasiswa berubah dalam hal berpakaian, pergaulan, pemakaian uang dan kbutuhan lain yang menjadi berlebihan, tidak sesuai kebutuhan. Modernisasi yang dilakukan oleh mahasiswa masa kini cenderung ke arah westernisasi. Terjadi proses peniruan budaya barat yang menurut mahasiswa lebih oke dibanding budaya sendiri. Jadi yang ditiru sebatas pada mode, padahal yang diharapkan oleh modernisasi adalah rasionalitas dan cara berfikir yang tangkas.

Kampus yang seharusnya digunakan sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan namun sekarang malah dijadikan ajang pamer penempilan dan kekayaan semata. Sehingga ketika banyak mahasiswa menrapkan gaya hidup konsumtif, kehidupan dikampus semakin tidak jelas. Mahasiswa yang cenderung memiliki kelebihan kekayaan menjadi mudah terpengaruh untuk memenuhi gaya hidup yang konsumtif tersebut. Mahasiswa akan dianggap mengikuti perkembangan jaman apabila telah mebeli dan memakai barang-barang dengan merk terkenal. Sebagian mahasiswa lain yang berada dalam tingkat ekonomi menengah juga mengikuti gaya hidup konsumtif akibat tuntutan pergaulan. Sehingga sebagian besar mahasiswa masa kini hanya mementingkan penampilan saja. Berkembangnya gaya hidup konsumtif mencakup semua aliran gender baik laki-laki maupun perempuan. Uang saku mahasiswa lebih dipentingkan untuk membeli berbagai macam barang bermerk untuk mengikuti trend terkini disbanding untuk membeli perlengkapan kampus yang lebih penting seperti buku-buku pendukung perkuliahan.

1.      GAYA HIDUP DAN PRESTISE

Toffler (Subandy 2000: 165) mengemukakan bahwa gaya hidup yaitu alat yang dipakai individu untuk mengidentifikasi dengan subkultur-subkultur tertentu sehingga gaya hidup dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan mempunyai konsekuensi dalam membentuk pola perilaku tertentu. Misalkan saja menyangkut gaya hidup sehat seorang individu. Untuk merubah gaya hidup sehat seorang individu maka yang diubah bukan hanya individunya saja namun juga lingkungan social dan kondisi tempat tinggal yang mempengaruhi pola perilaku individu tersebut.

Mintel (dalam Chaney 1996: 70) menyebutkan terdapat beberapa jenis tren gaya hidup. Beberapa jenis tren gaya hidup tersebut antara lain:

a.       Pakaian

b.      Musik

c.       Tempat wisata, makan, dan minum

d.      Penampilan pribadi

e.       Tabungan

f.       Buku

g.      Hobi

h.      Olahraga

i.        Kendaraan

Pada saat ini banyak barbagai industri yang menyebabkan banyak masyarakat semakin mementingkan gaya daripada isi maupun fungsinya yaitu industri mode atau fashion, industri kecantikan, industry kuliner, pusat perbelanjaan, apartemen beserta perumahan real estate, makanan cepat saji, handphone, industri iklan dan televisi. Hal ini juga mempengaruhi mahasiswa untuk berperilaku konsumtif demi kebutuhan prestise. Prestise merupakan sebuah keinginan dan harapan untuk kita wujudkan. Namun sesaat kadang kita berfikir, bahwa seberapa besarkah sebuah prestise ini menjadi sebuah kebutuhan dalam kalangan mahasiswa. Apakah prestise itu adalah sebuah cita-cita atau harapan diri, atau malah prestise adalah sesuatu hal yang memang pada dasarnya  pantas untuk didapatkan dari sebuah hasil yang dilakukan yang ini akan timbul dengan sendirinya, tanpa diburu, tanpa dikejar-kejar. Alami dari hasil sebuah proses yang kita lakukan. Di sana ada kata keikhlasan yang akan melahirkan pesona seseorang yang luar biasa.

Seperti halnya mahasiswa dengan gaya hidupnya yang mewah, selalu menggunakan barang-barang bermerek untuk mendapatkan pujian atau ketertaikan bagi mahasiswa lain. Kebanyakan dari mahasiswa yang konsumtif  apalagi penggemar merek tentu tidak asing lagi dengan merek-merek yang mendunia. Sebut saja untuk dunia fashion banyak dikenal Armani, Versace, Guess, Dolce & Gabbana dan belum lagi jebolan desainer kota mode yang banyak diburu mahasiswa Indonesia terutama UNNES. Untuk sepatu dan tas seperti Louise Vuiton, Gucci, Prada, Nevada, Fladeo, FLD, ST Yves sampai merek lokal seperti Yongki Komaladi. Tak ketinggalan pula, merek parfum yang sering diburu antara lain Calvin Klein, Kenzo, Coco Channel, Escada, Paris Hilton, J-lo dan Kylie Minogue. Banyak yang mengatakan merek ialah identitas diri, makin ekslusif merek maka makin dikenal siapa dan seberapa besar pengaruh orang itu. Ketika mereka mengkonsumsi barang bermerek yang menjadi gaya hidup sebuah nilai prestise berharga bagi mahasiswa. Dalam tingkatan mahasiswa seolah terjadi peng-kelas-an atau strata sosial, karena terdapat anggapan bahwa apabila seseorang menggunakan stelan prada, membaca majalah life style serta memanjakan diri di tempat pusat kecantikan “elit” Centre de Beaute adalah manusia modern  masa kini.

2.      KONSUMTIF

Istilah konsumtif berasal dari kata konsumsi yang berarti penggunaan barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari yang bisa berhubungan dengan masalah selera, identitas, dan gaya hidup (Webber dalam Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen1992: 199). Jadi konsumsi berkaitan dengan jumlah pengeluaran untuk membeli berbagai jenis barang dan jasa dalam tingkat pendapatan dan jasa dalam tingkat pendapatan dan jangka waktu tertentu.

Awal munculnya perilaku konsumtif terjadi dalam masyarakat kapitalis seperti dalam masyarakat Inggris. Srinati (2004: 269-270) menceritakan secara singkat bahwa mulanya kebutuhan utama masyarakat kapitalis adalah untuk memantapkan kondisi produksi sehingga mesin maupun pabrik yang menghasilkan barang –barang harus dibuat dan terus menerus diperbaharui namun kebutuhan akan konsumsi mulai muncul dan selanjutnya orang perlu memperoleh suatu etika kesenangan atau konsumen selain etika kerja. Semakin meningkatnya kemakmuran dan waktu senggang maupun kemampuan bagian penting kelas pekerja untuk terlibat dalam berbagai macam kegiatan konsumtif.

Dengan meluasnya kehidupan kehidupan kota yang memiliki sisi-sisi budaya, sosial dan kejiwaannya sendiri, maka perilaku konsumtif telah muncul sebagai cirri-ciri menonjol dalam kehidupannya. Kegemaran atau hal-hal yang disukai konsumen terbentuk melalui pembangunan pusat-pusat kota sebagai tempat hiburan yang berlebihan, system penerangan listrik dan transportasi umum, restoran, café, salon-salon mewah, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan, kebiasaan pameran, dan lain-lain (Chaney 1996: 58-59). Dengan adanya pembangunan-pembangunan tersebut merupakan salah satu faktor yang meningkatkan banyaknya perilaku konsumtif diberbagai negara, termasuk Indonesia dan terutama dikalangan kampus seperti UNNES.

Salah satu perubahan sosial yang menyertai kemajuan ekonomi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini adalah perkembangan berbagai gaya hidup, sebagai fungsi dari diferensiasi sosial yang tercipta relasi sosial dalam hal konsumsi. Didalam perubaahan tersebut, konsumsi tidak lagi sekedar berkaitan dengan nilai guna dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia tertentu, akan tetapi kini berkaitan erat dengan unsur- unsur simbolik untuk menandai kelas, status, prestise, atau simbol sosial tertentu. Konsumsi mengexpresikan posisi sosial dan identitas seseorang dalam kehidupan sosial masyarakat. Yang dikonsumsi tidak lagi sekedar objek tetapi juga makna- makna sosial yang tersembunyi di baliknya. Kecenderungan seperti ini oleh pemikir sosial dan budaya  Eropa pada umumnya disebut sebagai budaya konsumerisme ( Piliang, 2004: 179).

Sebenarnya perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencapai kepuasan maksimal batin mahasiswa. Perilaku konsumtif terjadi karena telah banyaknya tempat-tempat hiburan, mall dan tempat perbelanjaan, café, dan lain-lain sehingga pola konsumsi telah berubah yang mulanya hanya untuk memenuhi kebutuhan menjadi sarana pembentukan identitas diri dalam pergaulan sehari- hari. Perilaku konsumtif tersebut dialami juga oleh mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa yang sebaiknya beraktivitas di dalam kampus untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang bermanfaat malah lebih memilih menghabiskan waktunya  berada di mall untk mengkonsumsi barang barang yang kurang diperlukan dan berada di tempat hiburan malam demi kepuasan semata untuk meningkatkan prestise. Ini berarti yang diinginkan mahasiswa dalam setiap perilaku konsumtifnya  seperti untuk mendapatkan pakaian, handphone, sepatu, serta tempat-tempat yang menawarkan gaya hidup modern yaitu café, restoran cepat saji, club malam, dan lain-lain.

3.      MAHASISWA DAN KEHIDUPAN KAMPUS

Pengertian mahasiswa adalah komunitas yang diharapkan dapat menerapkan pendidikan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari seperti yang dikemukakan oleh ishak (Fauzi 1991: 221) bahwa mahasiswa merupakan seorang individu yang sedang menjalani kurun waktu tertentu dalam dunia pendidikan, terjembatinya atau dikomunikasikannya antara masa pendidikan teoritis dengan masa pendidikan yang mulai mencocokan realitas sosial di luar lingkungan kampus dengan kaidah-kaidah teoritis yang mereka pelajari dan disinilah bermula wawasan idealism sebagai akibat hasil refleksinya antar pengetahuan social yang ada dengan kaidah nilai universal yang mereka pelajari atau yakini.

Tiap mahasiswa mempunyai identitas sendiri baik itu karekter, sifat yang ada dalam diri sendiri ataupun identitas yang melekat dalam diri manusia berasal dari luar misalnya status sosialnya dimata manusia lain. Perilaku individu dapat dipelajari dengan identitas yang muncul baik itu sifat, sikap, kata-kata (penrnyataan) atau perbuatan yang dilakukan mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa denga pendidikan yang dimilikinya maka akan memperoleh ruang interaksi dan mobilitas yang luas tidak hanya didalam kampus namun juga diluar kampusnya. Interaksi dan mobilitas yang dilakukan mahasiswa bisa sebagai bentuk pencarian di identitas seorang mahasiswa.

Seiring perkembangan jaman yang ditandai dengan merebaknya berbagai bentuk gaya hidup modern, mahasiswa yang diharapkan mempunyai kemampuan sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang. Mahasiswa dating dari berbagai daerah. Kehidupan dikampung asalnya tentu berbeda dengan kehidupan disekitar kampus yang mayoritas telah terpenuhi oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern. Maka mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perekembangan jaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki gaya hidup konsumtif. Sebaliknya mhasiswa yang tidak terpengaruh akan tetap konsisten pada tujuannya menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya yaitu menuntut ilmu dalam perkuliahan atau berorientasi pada akademisnya. Layaknya dikampus UNNES.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok pemuda yang kelak akan berhasil memperoleh pendidikan yang memadai, luas jaringan informasi serta merasa intim dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Alfian (1986: 85) mengemukakan ada tiga hal atau sifat yang mewarnai persepsi, sikap dan tingkah laku mahasiswa maupun kelompok pemuda sebagai orang-orang muda yang berhasil menjadi pejuang nasionalis dan endekiawan bangsa yang bermutu dan berintegritas tinggi yaitu:

a.       Keberanian mereka untuk memahami diri dan bangsanya secara jujur dan kriris

b.      Keterbukaan terhadap pembaharuan dan perubahan

c.       Rasa kesetiakawanan atau solidaritas yang dalam terhadap sesama bangsanya.

Maka kampus atau perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi sarana membentuk karakter mahasiswa seperti yang dikemukakan oleh Alfian diatas sehingga mampu menjelma sebagai generasi penerus dalam mempelopori kemajuan bangsa dan dapat memcahkan segala konflik atau ketimpangan- ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat.

Kampus dianggap sebagai tempat belajar yang cukup kompeten karena mahasiswa dapat menggantungkan impian, cita- cita, dan masa depan. Ruang kuliah sebagai pusat ilmu dimana mahasiswa tak sekedar dating untuk kuliah, ujian, dan kumpul tetapi kampus menjadi agen pengembangan bakat dan penanaman nilai-nilai, sehingga dari ruang kuliah dan berbagai kegiatan kampus itu diharapkan akan lahir mahasiswa yang kreatif, kritis, bertanggungjawab, dan bermoral.

Dalam penelitian ini kehidupan kampus dijadikan sebuah tempat berlangsungnya gaya hidup konsumtif mahasiswa. Kampus yang seharusnya hanya sarana belajar mahasiswa kini dengan berbagai factor yang mempengaruhi berkembangnya gaya hidup konsumtif dikalangan mahasiswa, kampus lantas berubah menjadi tempat ajang pamer penampilan dan gaya hidup. Kampus yang dijadikan lokasi penelitian ini adalah UNNES. Untuk itu diperlukan teori untuk memperjelas pokok bahasan gaya hidup mahasiswa dalam rangka memenuhi kebutuhan prestise. Teori itu antara lain :

a.      Teori interaksionisme simbolik

Diawali dari karya Mead yang membahas tentang interaksionisme simbolik dari filsafat pragmatisme behaviorisme phiskologis (Joas, 1985; Rock, 1979). Ada tiga hal penting dalam interaksionisme simbolik:

1)   pusat perhatian interaksi antar aktor dan dunia nyata,

2)   memandang baik actor dan dunia nyata sebagai suatu proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis,

3)   arti penting yang dihubungkan kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan kehidupan sosial.

Menurut John Dewey (Sjoberg et al., 1997), bahwa pemusatan perhatian pragmatisme dalam interaksionisme simbolik didasarkan karena membayangkan pikiran sebagai sebuah proses berpikir yang meliputi serentetan tahapan, mencakup: pendefinisian objek dalam dunia sosial, melukiskan kemungkinan akibat dari tindakan, menghilangkan kemungkinan yang tidak dapat dipercaya dan memilih cara bertindak yang optimal (stryker, 1980). Dalam hal ini mahasiswa dibayangkan sebagai agen yang bebas, tetapi mahasiswa dan kesadaran serta perilaku mereka dikendalikan oleh komunitas yang luas seperti halnya cara mereka bergaul dalam lingkungan kampus.

Behaviorisme radikal Watson (Bucley, 1989) memusatkan perhatian pada perilaku individual yang dapat diamati. Sasaran utamanya ada pada perilaku yang mendatangkan rerpon (stimulus). Hal ini bertentangan dengan Mead yang mengakui arti penting yang diamati, dimana ada aspek tersembunyi dan perilaku yang diabaikan oleh behavior radikal. Ia lebih mengembangkan ilmu pengetahuan empiris behavior terhadap fenomena, yaitu terhadap apa yang terjadi antara stimulus dan respon. Seperti mahasiswa yang melakukan pembelian barang-barang yang tidak perlu dan menghambur-hamburkan uang demi keperluan yang tidak begitu penting itu hanya untuk ajang pamer dan memperlihatkan bahwa pola hidup mahasiswa yang demikian itu lebih tinggi dibanding mahasiswa lainnya. Tujuan terselubungnya adalah untuk mendapatkan prestise atau pujian dilihat dari citra pergaulannya (respon).

Blumer menciptakan istilah interaksionisme simbolik pada tahun 1937 dan menulis beberapa artikel essay yang menjadi instrumen penting bagi perkembangannya. Menurut Blumer, antara teori yang dikemukakan Mead dan dirinya keduanya mengabaikan proses penting yang memberikan makna atas perilakunya sendiri (Morrione, 1988).  Menurut Blumer, kaum behavioris, dengan penekanan mereka pada dampak stimulus external terhadap perilaku individu jelas merupakan reduksionis phsikologis.

Menurut Mead, keseluruhan sosial mendahului pemikiran individual baik secara logika maupun secara temporer. Bahwa kelompok sosial muncul lebih dahulu, dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri. Artinya, mental mahasiswa konsumtif terbentuk dari keadaan lingkungan atau teman dalam pergaulan mereka. Seorang mahasiswa yang tadinya sederhana menjadi berpola hidup konsumtif desebabkan oleh pengaruh gaya hidup mahasiswa lain yang terus menerus Ia peroleh dalam lingkungan pergaulan.

Tindakan hanya melibatkan satu tindakan, satu orang, tindakan sosial melibatkan dua orang atau lebih. Menurut Mead, gerak atau sikap isyarat adalah mekanisme dasar dalam tindakan sosial dan dalam proses sosial yang lebih umum. Sedangkan gesture adalah gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Simbolik signifikan juga memungkinkan interaksi simbolik. Artinya orang dapat saling berinteraksi tida hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol.

Simbol dalam gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa UNNES dalam peningkatan prestise ditunjukan melalui pakaian-pakaian yang dikenakan,parfum yang digunakan, sepatu, dan sendal beserta merek yang tertera didalamnya. Itu artinya dengan barang-barang yang dikonsumsinya dapat mencitrakan bagaimana pergaulan yang dilakukan mahasiswa tersebut.

Dalam pergaulan tak lepas dari diri kita sendiri. Menurut Mead pada dasarnya merupakan kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Yaitu kemampuan khusus untuk menjadi subyek maupun obyek. Contoh: diri tidak terlibat dalam tindakan yang dilakukan karena kebiasaan atau dalam pengalaman fisiologis spontan tentang kesakitan atau kesenangan. Dimana diri sangat berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Artinya, di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Sebaliknya diri dan refleksitas penting bagi perkembangan pikiran. Oleh karena itu diri merupakan aspek lain dari proses sosial menyeluruh dimana individu adalah sebagai bagiannya.

Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksitasatau kemampuan dalam menempatkan didri secara tak sadar kedalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Selain itu diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain. Untuk mempunyai diri, individu harus mampu mencapai keadaan ”di luar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, maupun menjadi obyek bagi dirinya sendiri. Dimana dalam bertindak rasional kini mereka mencoba memberikan diri sendiri secara impersonal, obyektif dan tanpa emosi.persoalannya orang tidak dapat mengalami diri sendiri secara langsung seperti dikatakan Mead, ”hanya dengan mengambil peran orang lainlah kita mampu kembali ke diri kita sendiri” (1959: 184-185).

Sampingan  —  Posted: November 8, 2012 in Uncategorized

USAHA KECIL MENENGAH

Posted: November 2, 2012 in Uncategorized

usaha kecil menengah 200x153 Usaha Kecil Menengah, Kurangi Angka PengangguranUSAHA KECIL MENENGAH KURANGI ANGKA PENGANGURAN

Problematika mengenai angka pengangguran di Indonesia tentu bukan hal baru lagi bagi masyarakat kita. Bahkan menurut Badan Pusat Statistik (Maret 2011), saat ini terdapat lebih dari 8,13 juta jiwa atau setara dengan 6,8 persen pengangguran yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa tingkat pengangguran di negara kita masih cukup tinggi, meskipun jumlah tersebut sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Rendahnya daya serap tenaga kerja di Indonesia membuat kondisi tersebut belum bisa diselesaikan secara tuntas oleh pihak pemerintah maupun instansi terkait lainnya. Karena itulah  dibutuhkan solusi tepat untuk mengurangi jumlah pengangguran yang setiap harinya menunjukan peningkatan. Salah satunya yaitu dengan mendorong laju pertumbuhan usaha kecil menengah di seluruh penjuru Indonesia.unit usaha 200x150 Usaha Kecil Menengah, Kurangi Angka Pengangguran

Munculnya unit usaha kecil dan menengah ternyata tidak hanya memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat, namun juga sangat membantu penyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Meskipun para pelaku UKM masih sering mendapat kendala khususnya di bidang permodalan, namun kontribusi usaha kecil menengah terhadap penyediaan lapangan kerja cukuplah tinggi, bahkan diperkirakan bisa memberikan peluang kerja bagi 96.211.000 masyarakat, dan menjadi donatur Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai 56,53%.

Sejak tahun 2008 sampai 2011, tercatat ada sekitar 52,77 juta unit UKM di Indonesia yang telah memberikan lapangan pekerjaan cukup besar bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi usaha. Kondisi ini tentu merupakan kabar bagus bagi perekonomian Indonesia, mengingat UKM berperan penting sebagai saka guru dan penyelamat perekonomian nasional sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998-1999.

Tumbuhnya UKM-UKM di Indonesia menjadi langkah awal bagi perbaikan ekonomi nasional hingga akhirnya target pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 8% di tahun 2014 bisa segera terwujud dengan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Maju terus UKM Indonesia, dan ciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. 

 

ANEKA KREASI KERAJINAN BAMBU

Pada umumnya bambu (pohon bambu) digunakan masyarakat Indonesia sebagai bahan baku pembuatan bangunan/ rumah dan perabot rumah tangga. Namun, di tangan-tangan kreatif, bambu ternyata juga bisa ‘disulap’ menjadi aneka jenis kerajinan cantik yang bernilai jual tinggi. Tekstur dan karakter tanaman yang konon terdapat 159 jenis di Indonesia tersebut menjadikannya mampu dikreasi menjadi karya yang unik dengan ataupun tanpa tambahan accessories lainnya.

Puluhan hingga ratusan jenis produk kini mampu dikreasi dari bahan baku bambu. Produk kreasi tersebut kemudian dipasarkan ke pasar nasional, serta tidak sedikit yang mampu menembus pasar ekspor/ internasional. Beberapa diantaranya adalah keranjang buah, krei/ blind, plafond, tempat tissue, lampu hias, keranjang hantaran, panel, alat tulis, dan masih banyak lagi kreasi lainnya. Masing-masing kreasi produk memiliki tingkat kesulitan produksi yang berbeda-beda, namun justru itu yang menjadi salah satu keunikan dan keunggulan dari kerajinan bambu.

Dari segi harga, kreasi kerajinan bambu sangatlah terjangkau bagi semua kalangan. Sehingga, kendati kini beredar bahan baku serta produk-produk modern lainnya di pasaran, namun bambu dengan kreasi produknya ternyata masih digemari oleh masyarakat.

PROBLEMATIK EKONOMI MAHASISIWA

Gambar

Pada dasarnya ilmu ekonomi timbul sejak manusia berusaha untuk memenuhi kbutuhan hidup, baik hidup secara perorangan , berumah tangga, berkelompok, tau bermasyarakat. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan harus dipenuhinya denganal pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Kedua persoalan tersebut dapat disebabkan tidak ada keseimbangan dari keduanya, maka timbul adanya permasalahan ekonomi.

Masalah ekonomi menyangkut beribu – ribu masalah yang berhubungan dengan aktivitas konsumsi dan produksi yang terjadi di masyarakat. Setia orang mulai dari bayi, anak – anak, orang dewasa dan orang tua, semuanya mempunyai kehidupan hidup. Kebutuhan hidup tersebut, baik berupa barang – barang maupun jasa – jasa, semua harus di produsir oleh sebagian dari masyarakat. Pada hakekatnya permasalan ekonomi di masyarakat adalah sama, hanya pemecahan masalahnya yang biasanya berbeda, yaitu tergantung dari sistem ekonomi yang dianut oleh masing – masing negara. Yang dimaksud sistem ekonomi ini sendiri adalah suat mekanisme dimana sumber daya (resource) dan _ yang digunakan bersama untuk memproduksikan serta mendistribusikan berbagai jenis barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat . Sedangkan ilmu ekonomi merupakan sekelompok ilmu pengetahuan sosial, karena ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia atau masyarakat, dan mencoba untuk menerangkan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam peristiwa – peristiwa ekonomi yang terjadi di dunia. Dalam ekonomi ada pernyataan yang bersifat positif dan ada pernyataan yang bersifat normatif, artinya pernyataan yang hanya membicarakan apa yang terjadi pada masa lalu, sekarang, atau di masa yang akan datang (membicarakan fakta), dan juga ada pernyataan yang berhubungan dengan apa yang sepatutnya atau seharusnya terjadi (bersifat filosofis yang juga dilandasi penilaian pribadi seseorang). Perbedaan pernyataan tersebut adalah penting, sebab perbedaan pendapat dalam pernyataan normatif tidak dapat diselesaikan dengan menunjukan faktanya saja. Secara logika adalah tidak mungkin untuk menyimpulkan sesuatu yang positif dari yang normatif atau sebaliknya. Kejadian ekonomi atau kegiatan ekonmi langsung berhubungan dengan tingkah laku manusia, yaitu berupa fakta – fakta yang terjadi di masyarakat.

Dan permasalahan ekonomi yang akan saya bahas adalah mengenai pengaruh naiknya harga bahan bakar bagi masyarakat (konsumen) khususnya pada kehidupan mahasiswa (anak – anak kost). Contohnya, naik harga gas dan minyak tanah, harga makan (nasi dan lauk pauk) di warung – warung makan, restaurant, cafe pun juga positif naik. Menurut saya, selaku konsumen sangat keberatan naiknya harga tersebut, karena harga barang tidak menukupi dengan jumlah uang yang minim seperti anak kost. Selain naiknya harga gas dan minyak tanah, harga bensin pun naik. Bagi pengendara sepeda motor khususnya anak kost seperti saya, sangat keberatan. Karena selain memikirkan pengeluaran untuk tugas – tugas kampus, makan, kebutuhan sehari – hari, bagi saya sudah cukup rumit dan membingungkan. Apalagi ditambah dengan naiknya BBM (bahan bakar minyak) seperti bensin. Bagaimanapun juga saya membutuhkan bensin, karena selain banyak tugas – tugas kampus, jarak kost dengan kampus cukup jauh. Masalah ekonomi yang saya contohkan diatas, sama persis dengan yang saya alami.

Selain masalah naiknya bahan bakar yang berpengaruh bagi mahasiswa, saya juga akan membahas tentang alat – alat pemuas kebutuhan bagi mahasiswa. Contoh alat – alat pemuas kebutuhan bagi mahasiswa, antara lain; pakaian, celana, aksesoris(cincin, kalung, gelang, gesper, dll), sepatu, tas, dll. Peran mahasiswa sebagai perilaku konsumen sangat berpengaruh penting terhadap pasar persaingan. Para mahasiswa barang – barang yang sedang “in” atau sedang musim. Karena mahasiswa cenderung mengikuti trend yang sedang terjadi pada zamannya. Namun terkadang, jumlah permintaan terhadap barang kurang dapat dipenuhi, karena kelangkaan (scasity) dari sumber daya yang ada. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan manusia cenederung idak ada batasnya, sedangkan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah terbatas. Dengan adanya kelangkaan, maka manusia harus mengadakan pilihan (choice) atas penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut. Sumber daya yang langka tersebut berarti tidak tersedia dengan bebas di dunia ini, atau bahwa untuk, memperoleh sumber daya tersebut perlu pengoranan. Pengorbanan dapat diartikan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan atau sumber daya haru memerlukan dana, tenaga, dan waktu. Tetapi kadangkala sumber daya yang langka tersebut yang dikategorikan barang langka pada suatu saat menjadi barang bebas. Untuk mengatasi masalah konomi kelangkaan (scasity) tersebut, produsen selaku yang memproduksi atau membuat (menghasilkan) barang terlebih dahulu harus memperkirakan tingkah laku para mahasiswa selaku konsumen atau pemakai barang – barang. Memperkirakan tanggapan seseorang terhadap suatu kejadian tertentu adalah suatu pekerjaan yang paling sulit dilakukan, karena tanggapa masing – masing orang tidak sama. Meskipun demikian, tanggapan dari sekelompok orang lebih dapat diperkirakan secara tepat, tanpa melihat seorang demi seorang. Tingkah laku dari kelompok manusia cenderung untuk lebih stabil.

Untuk menciptakan alat pemuas kebutuhan tersebut perlu adanya barang dan jasa yang harus diproduksi dan memerlukan faktor produksi , serta memerlukan waktu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan harus melalui suatu proses dan memerlukan waktu yang lama, waktu yang relatif cepat atau dapat juga memenuhi langsung pada saat diproduksi.

Tidak seimbangnya antara jumlah permintaan dari para konsumen dengan jumlah barang yang diproduksi merupakan permasalahan ekonomi atau problematik ekonomi. Problematik ekonomi tersebut selalu ada di dunia, sebab selalu dihadapkan masalah pemenuhan kebutuhan yang tidak seimbang, yaitu bahwa sepihak banyak kebutuhan yang tidak terbatas dan di pihak lain terdapatnya alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, ada 3 masalah yang harus dipecahkan, yaitu :

  1. Barang – barang dan jasa – jasa apa yang harus diproduksi
  2. Bagaimana barang – barang dan jasa – jasa diproduksi
  3. Untuk siapa barang – barang dan jasa – jasa diproduksi

Untuk mengatasi permasalahan ekonomi atau problematik ekonomi tersebut sebagai produsen selaku penghasil atau pembuat barang dan jasa harus meperhatikan tingkah laku, dan permintaan konsumen selaku pemakai barang dan jasa tersebut.

Misalnya, saya selaku mahasiswa (anak kost) cenderung memilih atau menggunakan (memakai) barang dan jasa yang sedang trend. Selain itu, saya selaku konsumen lebih cenderung ke barang dan jasa yang baik ata bagus dengan harga relatif murah sehingga barang dan jasa tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan tersebut dapat terjangkau. Oleh sebab itu, produsen menghasilkan jenis barang yang sama relatif murah, sehingga mudah mudah terjangkau bagi para mahasiswa khususnya anak kos selaku konsumen.

Sebagian kecil dari kalangan mahasiswa cenderung lebih memilih suatu barang yang memiliki nama dan merek yang sudah cukup terkenal. Dengan harga yang cukup tinggi (mahal). Konsumen mendapatkan kepuasan sendiri. Seperti barang yang dikonsumsi atau dipakai awet, tidak cepat rusak. Selain itu, konsumen mendapat kepuasan bahwa semua orang mengetahui merek barang yang dipakai. Akan tetapi, lagi – lagi permasalahan ekonomi yang bersangkutpautan terjadi yaitu masalak kelangkaan barang sebab barang yang di produksi terbatas. Sehingga para konsumen sulit untuk mendapatkan jenis barang yang sama. Karena adanya permasalahan ekonomi tentang kelangkaan barang, maka pasar – pasar produksi mengeluarkan suatu terobosan baru. Yaitu dengan cara membuat tiruan dengan jenis barang yang sama tetap harga yang ditawarkan dapat terjangkau , khususnya mahasiswa. Akan tetapi, sifat barang tersebut tidak awet, mudah rusak, dan banyak tiruannya. Berbeda dengan jenis barang dengan merek yang asli, sedikit atau bahkan jarang ditemukan tiruannya. Akan tetapi, sebagian besar mahasiswa lebih cenderung memilih barang yang mirip atau bahkan persi dengan barang aslinya, dengan harga terjangkau walau ditemukan banyak kelemahan – kelemahan dari barang tersebut. Mahasiswa lebih cenderung memilih barang tersebut karena mahasiswa mengalami kejenuhan atau kebosanan terhadap suatu barang. Karena mahasiswa selaku konsumen selaku mengikuti perkembangan zaman.

Karena naiknya jumlah barang – barang tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan, sekarang banyak ditemukan pasar persaingan. Sekarang banyak ditemukan pedagang – pedagang kaki lima, kios – kios, dan lain sebagainya. Karena adanya pedagang dan kios – kios tersebut, maka terjadi keseimbangan antara permintaan dan penjualan barang. Contoh barang – barang tersebutantara lain tas, sepatu, sandal, topi, sabk, dan aksesoris lainnya. Tercapainya keseimbangan antara permintaan dan penjualan barang tersebut karena adanya kerja sama pedagang yang satu dengan yang lainnya. Keseimbangan antara jumlah barang yang ditawarkan leih besar dari yang diminta, barang tidak laku sehingga harga diturunkan. Pada harga di bawah harga keseimbangan terjadi kekurangan barang, artinya jumlah yang diminta lebih besar dari yagn ditawarkan sehingga konsumen berebutan barang sehingga harga naik. Dengan demikian, hanya pada titik tertentu terjadi keseimbangan yaitu pada harga tertentu disepakati bersama konsumen maupun produsen dengan jumlah dengan jumlah barang yang sama. Harga keseimbangan tersebut tidak akan berubah kecuali ada perubahan atau pergerakan permintaan atau penawaran. Harga akan terus turun sampai pada jumlah yang ditawarkan sam dengan jumlah yang diminta karena adanya kelebihan jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya bila pendapatan konsumen berkurang akan menyebabkan pada tingkat harga yang sama konsumen akan membeli barang lebih sedikit sehingga terjadi kelebihan barang, sehingga harga akan turun sampai terjadi keseimbangan yan baru.

Hasil proses produksi atau output (barang dan jasa) perlu didistribusikan dari produsen menuju ke pasar untuk mendekati konsumen atau pembeli. Jadi secara gais besar peristriwa ekonomi meliputi proses produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi. Yang semuanya tersebut sebagai dasar dalam ilmu ekonomi.

Sumber:

http://yprawira.wordpress.com

MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI

Manajemen dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.

FAKTOR-fAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL
Lingkungan eksternal dibagi menjadi 2 unsur, yaitu :

  •  Yang berpengaruh langsung (lingkungan ekstern mikro)
  •  Yang berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern makro)

LINGKUNGAN EKSTERN MIKRO
Yang paling penting adalah para pesaing yang harus dihadapi perusahaan, langganan yang harus dilayani, pasar tenaga kerja, lembaga-lembaga keuangan, para penyedia (Supplies) dan perwakilan-perwakilan pemerintah.

  1. Para pesaing (Competition)
  2. Langganan (Costumers)
  3. Pasar tenaga kerja, organisasi memerlukan karyawan dengan bermacam-macam keterampilan
  4. Lembaga keuangan
  5. Supplies
  6. Perwakilan pemerintah, hubungan organisasi dengan perwakilan pemerintah dengan kompleks

LINGKUNGAN EKSTERN MAKRO

Kekuatan-kekuatan diluar tersebut mempengaruhi suatu oragnisasi secara langsung atau secara tidak langsung melalui satu atau lebih unsur-unsur lingkungan ekstern mikro
Unsur-unsur lingkungan makro menciptakan iklim
Perkembangan teknologi dalam setiap masyarakat atau industry tingkat kemajuan teknologi berarti pada penentuan produk dan jasa yang akan di produksi, peralatan yang akan digunakan dan bagaimana bermacam-macam operasi akan dikelola.

ORGANISASI DAN LINGKUNGAN
Linngkungan ekstern mempengaruhi manajer-manajer bervariasi menurut tipe dan tujuan organisasi. Karena mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan pandangan yang lebih luas.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL MANAJER
Berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak social dan ekonomi didepan pembulatan keputusannya. Tanggung jawab perusahaan itu merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahaan.

-Pendapat Saya
Menurut saya hal yang menarik dari topic ini, karena lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap suatu usaha dan pengambilan keputusan terhadap perusahaan tersebut. Yang mungkin berpengaruh secara langsung dan tidak langsung.
Manajemen juga akan selalu dituntut untuk bersikaf tanggap, adaptif, selalu aktif dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Apa lagi lingkungan itu baru. Disini juga dijelaskan bahwa ada 2 faktor lingkungan eksternal yang mempegaruhi dunia usaha, sehingga mempengaruhi pembuat keputusan, dan menghasilkan keputusan yang berbeda pula.